Diversity
Tolak Industri Batik Cetak
Tolak Industri Batik Cetak
Diposting oleh
Dewi Damayanti
di
17.05.00
JAMBI, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jambi berencana membangun industri batik tulis print
(cetak), di tengah lesunya usaha kerajinan batik tulis lokal. Namun
Kalangan perajin di sentra batik tulis Seberang Kota Jambi, menolak
rencana ini.
Perajin di sentra batik kawasan Seberang Kota Jambi, Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Halimah (35), Senin (5/11/2012), mengatakan, saat ini usaha kerajinan batik tulis Jambi tidak lagi semarak seperti kondisi 10 tahun lalu.
Serbuan batik asal Jawa turut an dil memperlemah perkembangan batik lokal. Ditambah lagi dengan rencana Pemprov Jambi melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jambi membangun industri batik cetak, ia khawatir usaha batik tulis lokal akan mati.
Sekarang ini saja sudah sulit menggantungkan hidup sepenuhnya dari usaha batik tulis. Apalagi jika industri batik print berkembang di Jambi, sumber penghidupan kami benas-benar habis, ujar Halimah, Senin (5/11).
Rencana mengembangkan industri cetak bermotif batik mengemuka sete lah Ketua Dekranasda Jambi Yusniana menggelar pertemuan dengan kalangan perajin pada Oktober lalu. Menurutnya, batik asal Jambi yang harganya relatif mahal , cenderung kurang diminati. Sedangkan batik-batik asal Jawa lebih murah, sehingga lebih laris di pasaran. Dengan mengembangkan industri cetak bermotif batik, minat pasar akan meningkat pada motif-motif batik khas Jambi yang harganya bakal jauh lebih murah.
Perajin lainnya, Azmiah mengatakan kalangan perajin lokal sangat mengharapkan dukungan pemerintah daerah. Rencana membangun industri batik cetak dinilai justru mematikan kerajinan batik tulis lokal.
Sepuluh tahun lalu, jumlah perajin di sentra batik tulis Seberang Kota Jambi masih 500-an orang, saat ini menurun drastis. Mungkin hanya sekitar 100 perajin yang masih bertahan, tuturnya.
(ITA)
Perajin di sentra batik kawasan Seberang Kota Jambi, Kelurahan Olak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Halimah (35), Senin (5/11/2012), mengatakan, saat ini usaha kerajinan batik tulis Jambi tidak lagi semarak seperti kondisi 10 tahun lalu.
Serbuan batik asal Jawa turut an dil memperlemah perkembangan batik lokal. Ditambah lagi dengan rencana Pemprov Jambi melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jambi membangun industri batik cetak, ia khawatir usaha batik tulis lokal akan mati.
Sekarang ini saja sudah sulit menggantungkan hidup sepenuhnya dari usaha batik tulis. Apalagi jika industri batik print berkembang di Jambi, sumber penghidupan kami benas-benar habis, ujar Halimah, Senin (5/11).
Rencana mengembangkan industri cetak bermotif batik mengemuka sete lah Ketua Dekranasda Jambi Yusniana menggelar pertemuan dengan kalangan perajin pada Oktober lalu. Menurutnya, batik asal Jambi yang harganya relatif mahal , cenderung kurang diminati. Sedangkan batik-batik asal Jawa lebih murah, sehingga lebih laris di pasaran. Dengan mengembangkan industri cetak bermotif batik, minat pasar akan meningkat pada motif-motif batik khas Jambi yang harganya bakal jauh lebih murah.
Perajin lainnya, Azmiah mengatakan kalangan perajin lokal sangat mengharapkan dukungan pemerintah daerah. Rencana membangun industri batik cetak dinilai justru mematikan kerajinan batik tulis lokal.
Sepuluh tahun lalu, jumlah perajin di sentra batik tulis Seberang Kota Jambi masih 500-an orang, saat ini menurun drastis. Mungkin hanya sekitar 100 perajin yang masih bertahan, tuturnya.
(ITA)
0 komentar :
Posting Komentar