Visit
Ribuan Warga Saksikan Prosesi Sedekah Laut
Ribuan Warga Saksikan Prosesi Sedekah Laut
Diposting oleh
Dewi Damayanti
di
14.13.00
CILACAP--MICOM: Ribuan warga dari berbagai wilayah Kabupaten
Cilacap dan sekitarnya, Jumat (7/12), menyaksikan prosesi Gelar Budaya
Sedekah Laut.
Warga tampak memadati sejumlah ruas jalan yang dilewati iring-iringan pembawa jolen berisi sesaji yang akan dilarung di pantai Pulau Majeti, selatan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Gelar Budaya Sedekah Laut diawali dengan prosesi penyerahan Jolen Tunggul oleh Adipati Cakrawerdaya III yang diperankan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji kepada Tumenggung Duto Pangarso untuk dilarung bersama delapan jolen dari delapan kelompok nelayan.
Selanjutnya, sembilan jolen tersebut dikirab menuju Pantai Teluk Penyu, Cilacap, sebelum dibawa ke Pulau Majeti untuk dilarung di Samudera Hindia.
Iring-iringan kirab tersebut terdiri dua perempuan berkuda, barisan prajurit bertombak, barisan umbul-umbul, 14 putri domas, 14 putri pengiring, sejumlah kereta kuda yang membawa Bupati Cilacap dan istri serta pejabat lainnya, sejumlah becak, dan prajurit pembawa jolen.
Sesampainya di Pantai Teluk Penyu, sembilan jolen tersebut diserahkan oleh Tumenggung Duta Pangarso kepada Adipati Cakrawerdaya III (Bupati Cilacap) yang selanjutnya dibacakan doa untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Jolen-jolen tersebut selanjutnya diserahkan kepada sesepuh nelayan Pandanaran untuk dibawa ke Pulau Majeti guna dilarung.
Pelaksana Teknis Prosesi Sedekah Laut, Sujarmo mengatakan, prosesi sedekah laut kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Prajurut bertombak dalam prosesi kali ini menggunakan gaya Mataraman, yakni berpakaian Lombok Abangan khas Keraton Yogyakarta," katanya.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena pihaknya berupaya menyesuaikan dengan prosesi yang dilaksanakan semasa pemerintahan Adipati Cakrawedaya III yang konon memiliki hubungan dekat dengan Keraton Yogyakarta.
"Secara umum jalannya prosesi sama seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kami akan terus berupaya untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi saat itu (masa pemerintanan Adipati Cakrawerdaya III," katanya.
Gelar Budaya Sedekah Laut merupakan tradisi tahunan yang sudah berlangsung sejak zaman pemerintahan Adipati Cakrawerdaya III pada 1817 yang digelar setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon di bulan Sura Muharam).
Dalam hal ini, Adipati Cakrawerdaya memerintahkan sesepuh nelayan Pandanaran Ki Arsamenawi untuk melarung sesaji sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rahmat dan rezeki dalam satu tahun terakhir, serta memohon keselamatan di tahun mendatang.
Akan tetapi, tradisi tersebut sempat terhenti dan dihidupkan kembali semasa Bupati Poedjono Pranjoto pada 1982 hingga sekarang. (Ant/OL-11)
Warga tampak memadati sejumlah ruas jalan yang dilewati iring-iringan pembawa jolen berisi sesaji yang akan dilarung di pantai Pulau Majeti, selatan Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Gelar Budaya Sedekah Laut diawali dengan prosesi penyerahan Jolen Tunggul oleh Adipati Cakrawerdaya III yang diperankan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji kepada Tumenggung Duto Pangarso untuk dilarung bersama delapan jolen dari delapan kelompok nelayan.
Selanjutnya, sembilan jolen tersebut dikirab menuju Pantai Teluk Penyu, Cilacap, sebelum dibawa ke Pulau Majeti untuk dilarung di Samudera Hindia.
Iring-iringan kirab tersebut terdiri dua perempuan berkuda, barisan prajurit bertombak, barisan umbul-umbul, 14 putri domas, 14 putri pengiring, sejumlah kereta kuda yang membawa Bupati Cilacap dan istri serta pejabat lainnya, sejumlah becak, dan prajurit pembawa jolen.
Sesampainya di Pantai Teluk Penyu, sembilan jolen tersebut diserahkan oleh Tumenggung Duta Pangarso kepada Adipati Cakrawerdaya III (Bupati Cilacap) yang selanjutnya dibacakan doa untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Mahaesa.
Jolen-jolen tersebut selanjutnya diserahkan kepada sesepuh nelayan Pandanaran untuk dibawa ke Pulau Majeti guna dilarung.
Pelaksana Teknis Prosesi Sedekah Laut, Sujarmo mengatakan, prosesi sedekah laut kali ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Prajurut bertombak dalam prosesi kali ini menggunakan gaya Mataraman, yakni berpakaian Lombok Abangan khas Keraton Yogyakarta," katanya.
Menurut dia, hal itu dilakukan karena pihaknya berupaya menyesuaikan dengan prosesi yang dilaksanakan semasa pemerintahan Adipati Cakrawedaya III yang konon memiliki hubungan dekat dengan Keraton Yogyakarta.
"Secara umum jalannya prosesi sama seperti tahun-tahun sebelumnya, namun kami akan terus berupaya untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi saat itu (masa pemerintanan Adipati Cakrawerdaya III," katanya.
Gelar Budaya Sedekah Laut merupakan tradisi tahunan yang sudah berlangsung sejak zaman pemerintahan Adipati Cakrawerdaya III pada 1817 yang digelar setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon di bulan Sura Muharam).
Dalam hal ini, Adipati Cakrawerdaya memerintahkan sesepuh nelayan Pandanaran Ki Arsamenawi untuk melarung sesaji sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan rahmat dan rezeki dalam satu tahun terakhir, serta memohon keselamatan di tahun mendatang.
Akan tetapi, tradisi tersebut sempat terhenti dan dihidupkan kembali semasa Bupati Poedjono Pranjoto pada 1982 hingga sekarang. (Ant/OL-11)
0 komentar :
Posting Komentar